Sabtu, 09 April 2016

Struktur Fonologi dalam Bahasa Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Balakang
Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari mahkluk-mahluk yang lain. Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu Linguistik. Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antar manusia.
Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian kajian linguistik yang mempelajari dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Bila kita mendengar suara orang berbicara entah berpidato atau bercakap-cakap, akan kita dengar runtutan bunyi-bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar jeda dan suara panjang dan suara biasa.
B.     Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang fonologi dalam Bahasa Indonesia?
2. Apa saja ilmu-ilmu bahasa Indonesia yang tercakup dalam fonologi?
3. Bagaimana fonem-fonem dengan ejaan yang benar?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian fonologi dalam bahasa Indonesia
2.      Memahami ilmu bahasa Indonesia yang tercakup dalam fonologi
3.      Memahami fonem-fonem dengan ejaan yang benar
D.    Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan makalah ini menambah khazanah tentang ilmu bahasa Linguistik. Sedangkan secara praktis makalah ini menambah pengetahuan, wawasan dan ilmu bagi penulis maupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Fonologi
Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih dahulu apa yang dimasud dengan struktur. Yang dimaksud dengan struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola.
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
B.     Ilmu-ilmu Bahasa yang Tercakup dalam Fonologi
Fonologi dalam tuturan ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni
1)      Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Istilah fonetik berasal dari bahasa Inggris phonetics artinya ‘ilmu yang mengkaji bunyi-bunyi tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedakan arti (Verhaar,1982:12; Marsono, 1989:1). Menurut Sudaryanto (1974:1), fonetik mengkaji bunyi bahasa dari sudut ucapan (parole).
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan sebagai bidang linguistic tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah system bunyi suatu bahasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a)      fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,
Fonetik artikulatoris mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
Fonetik organis (artikulatoris, fisiologis) yaitu fonetik yang mengkaji dan mendeskripsikan mekanisme alat-alat ucap manusia dalam menghasikan bunyi bahasa (Gleason, 1955: 239). Jadi, fonetik organis ini mendeskripsikan cara membentuk dan mengucapkan bunyi bahasa, serta pembagian bunyi bahasa berdasarkan artikulasinya. Fonetik ini sebagian besar termasuk ke dalam bidang garapan linguistik. Oleh sebab itu, para linguis memasukkannya pada bidang linguistik teoretis.
b)      fonetik akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
Fonetik akustis yaitu fonetik yang mengkaji dan mendeskripsikan bunyi bahasa berdasar pada aspek-aspek fisiknya sebagai getaran udara (Malmberg, 1963: 5). Fonetik akustis erat hubungannya dengan fisika, atau merupakan ilmu antardisiplin antara linguistik dan fisika.
c)      fonetik auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Fonetik auditoris yaitu fonetik yang mengkaji dan mendeskripsikan cara mekanisme pendengaran penerimaan bunyi-bunyi bahasa sebagai getaran udara (Bronstein & Jacoby, 1967:70-72). Fonetik auditoris ini sebagian besar termasuk pada bidang neurologi (kedokteran), atau merupakan ilmu antardisiplin antara linguistik dan kedokteran.
Ada tiga macam alat ucap yang berkenaan dengan bunyi ujaran, yaitu:
1.      Udara adalah yang dialirkan keluar dari paru-paru, ketika berbicara.
2.      Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan.
3.      Titik artikulasi adalah bagian alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan maka bunyi yang dihasilkan adalah bunyi vocal. Bunyi vocal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal, yaitu:
1.      Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi)
2.      Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi)
3.      Maju mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan alveolum atau lengkung kaki gigi)
Fonetika Memiliki Proses dan Transkipsi Fonetis yaitu :
Proses Pembentukan Bunyi
Bunyi bahasa,pada dasarnya adalah getaran atas benda apa saja karena adanya energi yang bekerja.Getaran ini disadari sebagai bunyi apabila getaran itu cukup kuat dan dihantarkan ke alat dengar oleh udara sekitar. Proses pembentukan bunyi bahasa juga demikian.
1. Arus Udara
Arus udara yang menjadi sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa merupakan hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot tertentu atas perintah saraf-saraf otak.
2. Pita Suara
Pita suara merupakan sumber bunyi.Ia bergetar atau digetarkan oleh udara yang keluar atau masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan (larynx) dalam posisi mendapatkan dari muka (anterior) ke belakang (posterior).
3. Alat-Alat Ucap
Apa yang disebut sebagai alat ucap sebenarnya mempunyai fungsi utama untuk kelangsungan hidup kita. Paru-paru mempunyai fungsi utama mengisap zat pembakar untuk disalurkan ke dalam darah dan menyalurkan zat asam arang ke luar tubuh.
Organ-organ tubuh yang dipergunakan sebagai alat ucap dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu :
a. Komponen Supraglotal
b. Komponen Laring
c. Komponen Subglotal
 Transkipsi Fonetis
Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis.lambang bunyi atau lambang fonetis (phonetic symbol) yang sering dipakai adalah lambang bunyi yang ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA),yaitu persatuan para guru bahasa yang berdiri sejak akhir abad ke-19, yang didirikan untuk mempopulerkan metode baru dalam pengajaran bahasa yang lebih menekankan pada pengajaran bahasa lisan.
2)      Fonemik
Fonemik yaitu ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan:
(1) bidang linguistik tentang sistem fonem;
(2) sistem fonem suatu bahasa;
(3) prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Objek kajian fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda makna kata. Jika di dalam fonetik kita meneliti bunyi /l/ dan /r/ yang berbeda seperti terdapat pada kata laba dan raba maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi-bunyi itu berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Selain pengertian fonetik dan fonemik, kita perlu memahami pengertian fonem, agar tidak terjadi kekeliruan dalam dalam penggunaan istilah “fonem” dan “huruf”.
Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti (distingtif). Dalam dunia Linguistik, satuan bahasa yang disebut fonem ditulis di antara dua garis miring /…../.
Menurut Supriyadi (1992), fonem adalah suatu kebahasaan yang terkecil.
Menurut Santoso (2004), menyatakan setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), tertulis bahwa yang dimaksud dengan fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, misalnya : /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karena bara dan para beda maknanya. Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut.
Dalam linguistic, huruf sering diistilahkan dengan grafem.
Perbedaan antara fonem dan huruf (grafem) :
fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari bunyi (fonem), dengan kata lain huruf adalah lambang fonem.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), bahwa huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 fonem, yang terdiri atas :
1. Fonem vocal 6 buah
2. Fonem diftong 3 buah
3. Fonem konsonan 23 buah.
Syamsuri (1994), menyatakan bahwa secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara atau jalan, yaitu :
1. Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia (fisiologis atau artikuler).
2. Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut/rongga hidung si pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara (akustik).
3. Bagaimana bunyi itu diinderakan melalui pendengaran dan syaraf si pendengar (impresif atau auditoris)
Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vocal, sedangkan jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
Klasifikasi konsonan adalah :
1. Konsonan bibir (bilabial)
2. Konsonan bibir gigi (labiodental)
3. Konsonan gigi (dental)
4. Konsonan langit-langit (palantal)
5. Konsonan langit-lngit lembut (velar)
6. Konsonan pangkal tenggorok (laringal)
Selain itu, klasifikasi lain dari konsonan adalah :
1. Konsonan letupan atau eksploratif
2. Konsonan geseran atau spiran
3. Konsonan sengau atau nasal
4. Konsonan lateral
5. Konsonan getar.
Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara (terjadi karena bergetarnya selaput suara) dan konsonan tak bersuara (konsonan yang terjadi tanpa bergetarnya selaput suara).
C.     Fonem-fonem dengan Ejaan yang Benar
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna.
Pemenggalan kata itu sangat berguna, terutama pada akhir baris. Hal ini terjadi karena tidak hanya berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, serta bagaimana penempatan tanda-tanda baca, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memenggal kata, bagaimanamenggabungkan kata, baik dengan imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini adalah ejaan yang disempurnakan (EYD), yang telah diresmikan penggunaannya 17 Agustus 1972 yang sebelumnya Bahasa Indonesia menggunakan ejaan Suwandi (Republik).
Tujuan penyempurnaan ejaan adalah:
a.       Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia
b.      Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca
c.       Usaha pembakuan bahasa Indonesia
d.      Mendorong pengembangan bahasa Indonesia
Dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan terdiri atas lima pembahasan, yaitu:
1.      Pemakaian huruf (abjad, vocal, diftong, konsonan, persukuan dan nama diri)
2.      Penulisan huruf (huruf capital, huruf miring)
3.      Penulisan kata (kata dasar, kata ulang, kata gabung, kata depan, partikel, angka dan bilangan)
4.      Tanda baca (titik koma, titik dua, titik, koma, tanda hubung, tanda pisah, dan sebagainya)
5.      Penulisan unsure serapan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Fonologi dalam tuturan ilmu bahasa dibagi dua bagian, yaitu Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dan Fonemik yaitu ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Objek kajian fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda makna kata. Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti (distingtif).
B.     Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, saya atas nama penulis memohon untuk memberikan kritik, saran dan masukannya yang bersifat untuk membangun agar menuju kepada kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidah Idrus, Nur. 2009. Bahasa Indonesia. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Budi(2011). Fonologi dan Morfologi. From http://budipangkersik.wordpress.com/2011/01/19/fonologi-dan-morfologi/, 2013.
Labanursongo(2011). Makalah Fonologi. From http://labanursongo.blogspot.com/2011/01/makalah-fonologi.html, 2013.
Ridwan(2010). Pengertian Fonologi- Fonem- Fona- Vokal- Konsonan. From http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-fonologi-fonem-fona-vokal-konsonan/, 2013.
Susandi. Bahasadan Pengajaran. From http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/fonologi/, 2013.
Widya(2011). Makalah Fonologi. From http://widya888.blogspot.com/2011/01/makalah-fonologi.html, 2013.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar