Sistematika pembahasan dibagi menjadi tiga, yaitu pengertian
filsafat, filsafat sebagai metode berpikir, dan filsafat pendidikan.
A. PENGERTIAN FILSAFAT
1.
Pengertian filsafat ditinjau secara
etimologis (asal usul bahasa)
Menurut penyelidikan Dr.Oemar Hoesin
istilah filsafat tidak berakar dalam bahasa Arab. Pengertian filsafat dalam
bahasa Arab menggunakan istilah “hikmah-hikmah dan bijaksana”. Istilah filsafat
menurut Dr. A.C. Ewing timbul dalam aslinya dari ucapan Pitagoras menjadi
ragu-ragu. Sehubungan dengan uraian dari Dr. A.C. Ewing, Dagohert D. Runes
menerangkan bahwa filsafat berasal dari kata bahasa Yunani “philein” dan
“sophia”. Philein artinya mencintai, sedangkan sophia berarti bijaksana. Oleh
karena itu, filsafat bukan kebijaksanaan itu sendiri tapi cinta akan
kebijaksanaan.
Dari uraian tersebut maka kami dapat
menyimpulkan bahwa ditinjau secara etimologis filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philein dan sophia artinya cinta kebijaksanaan.
Cinta menunjukkan suatu suatu sikap tahan uji dan tak mau menyerah, selalu
berusaha demi tercapainya suatu maksud. Sedangkan kebijaksanaan adalah suatu
kondisi dimana orang mungkin bertindak secara komprehensif dan radikal.
2.
Pengertian Filsafat secara essensial
Dari uraian tersebut, kita dapat
menentukan pernyataan yang menyatakan bahwa manusia dapat ragu-ragu dalam
menghadapi masalah. Tetapi justru dalam keraguan itu kita menemukan sesuatu
yang berharga yaitu pertimbangan. Manusia bertanya dan menanya sangat erat
hubungannya dengan kehidupannya sendiri. Oleh karena itu, nilai realitas juga
tidak sedikit gunanya untuk mengisi kehidupan manusia. Realita ini dibuktikan
oleh filosofis sepanjang zaman dari zaman Yunani Kuno si Thales, Empedogles,
Plato sampai Hegel. Kalu diperhatikan sungguh-sungguh dari uraian diatas, dalam
kegiatan menemukan jawaban dari pertanyaan maka manusia berpikir. Berpikir
bagaimanakah yang disebut berpikir filosofis?
2.1
Berfilsafat adalah berpikir dengan
menggunakan disiplin berpikir tinggi
Sesuai dengan pendapat Aristoteles
bahwa manusia adalah animal rational. Maka, kita dapat mengetahui bahwa manusia
adalah binatang yang berbudi. Setiap orang bukan filosuf, yang didapat pada
setiap orang adalah berpikir. “man as it potensiil being”. Sehubungan dengan
ini, Drs. Soenardjo W. mengatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir dengan
menggunakan disiplin berpikir tinggi. Bagaimanakah disiplin berpikir tinggi?
Berpikir disiplin tinggi adalah berpikir dimana rasa dan karsa mendorong dan
memberi kesempatan kepada ratio untuk berkarya.
2.2
Berfilsafat adalah berpikir yang
rational
Seorang yang berfikir selalu mengadakan
pertimbangan tterhadap beberapa kemungkinan pendapat yang paling benar. Antara
pendapat yang satu dengan yang lain harus ada hubu ngan yang rasional, sehingga
dapat diterima akal sehat.salinh hubungan antar pendapat harus merupakan
kerangka berpikir yang konsepsionil. Kerangka berpikir yang konsepsionil adalah
bagan konsepsi yang bersifat rationil di mana dalam bagan tersebut terdapat
saling hubungan antara yang satu dengan yang lain. Saling hubungan ini harus
tercermin dalam kaedah –kaedah ini sangat diperlukan dalam berpikir rationil.
2.3
Berfilsafat adalah berpikir secara
konsepsionil
Berpikir secara konsepsionil,berarti
dalam berpikir itu kita wajib menyusun konsepsi pikiran dengan kerangka konsep.
Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat dalam hal ini adalah beriktisar untuk
sampai pada pengertian-pengertian yang lebih dari sekedar persepsi belaka.
Dengan demikian, dalam rangka berpikir secara kefilsafatan yang konsepsionil
adalah berpikit tentang proses-proses serta hal-hal dalam hubungan yang umum,
termasuk di dalamnya berpikiir dan cara-cara berpikir untuk mendaptkan
kesimpulan yanag tepat.
2.4
Berfilsafat adalah berpikir secara coherent
Berpikir secara conherent adalah
berpikir secara runtut konsisten. Berpikir secara konsisten artinya berpikir
dalam mana pertanyaan-pertanyaan yang dipergunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan yang rasionil dan konsepsionil itu harus antara
pernyataan yang satu dengan yang lain tidak terjadi inconsistent (contradictionarty).
2.5
Berfilsafat adalah berpikir secara comprehensive dan radikal
Berpikir secara komprehensif adalah
berpikir secara menyeluruh. Berpikir secara menyeluruh berarti berpikir yang
memandang semua aspek, dari aspek empiris sampai rasional, dari phisis sampai
metaphisis. Berpikir secara radikal berarti dalam berpikir itu kita harus
memikirkan masalah sampai ke akar-akarnya, sehingga kita dapat membuat
kesimpulan yang essensial yang abstraksi dari suatu hal yang bersifat
universal.
2.6
Berfilsafat adalah berpikir yang
bertanggung jawab
Berfilsafat secara tanggung jawab
adalah berpikir yang bertanggung jawab baik pada dirinya sendiri maupun orng
lain, bertanggung jawab bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan terakhir
bertanggung jawab kepada yang mutlak. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, berpikir
yang bertanggung jawab adalah berpikir secara insyaf, maksudnya berpikir secara
sadar dari buah budinya yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan harus dapat
dipertannggung jawabkan.
2.7
Berfilsafat adalah berpikir secara
sistematis
Berfilsafat adalah berfikir secara
sistematis, maksudnya adalah berpikir secara teratur dan disusun menurut
sistem.
Dari uraian
tersebut, pengertian filsafat dapat berarti cara berpikir dan hasil berpikir conceptionil rationil dan radical comprehensive yang disusun secara
sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan untuk mendapatkan kebenaran yang
essensial.
3.
Filsafat ditinjau dari tugas dan
gunanya
Tugas filsafat bagi kehidupan manusia
adalah untuk memberi penjelasan terhadapberbagai pertanyaan manusia secara
menyeluruh dan radikal sehingga sampai pada kebenaran essensial (aspek
teoritis). Kegunaan filsafat adalah menjadi pedoman hidup, yang khusus lagi
pedoman bertindak.
4. Makna Filsafat dan peranannya dalam pengetahuan manusia.
Sifat dari filsafat adalah abstrak
Universal,memungkinkan filsafat mampu berperan sebagai perangkum penginti dan
pengarah ilmu pengetahuanyang beraneka ragam banyaknya.
a. Asal mula timbul istilah filsafat
Menurut Cicero, penulis Romawi
(106-43 SM) yang pertama kali memakai kata filsafat adalah “Pitagoras” abad ke 5 SM. Yang
dipergunakan oleh Pitagoras sebagai reaksi terhadap orang-orang yang menamakan
dirinya “ahli pengetahuan”.Tetapi pada akhirnya manusia tidak akan dapat
menjadi ahli ilmu pengetahuan dan hanyalah sebagai pencari dan pencinta
pengetahuan.
b. Tinjauan terhadap pandangan yang salah
1) Pandangan Pesimistis yaitu golongan
yang menganggap bahwa orang biasa tak mampu berfilsafat,agaknya terlalu
berlebih-lebihan dalam menafsirkan makna filsafat.
2) Pandangan Aphatis yaitu golongan
yang menganggap filsafat sebagai sesuatu yang tak berguana ,tak berarti dan dan
atau tak bernilai bagi hidup dan kehidupan manusia.
3) Pandangan Negatif yaitu menganggap
bahwa filsafat hanya mengabdikan diri pada akal.
B. FILSAFAT DAN
ILMU
1. Hubungan filsafat dan Science ditinjau dari Obyeknya
Menurut
Marti O Vaske dalam hubungan An Introduction to Metaphisics,:
1.1 Obyek Materia
Obyek Materia adalah subyek marter
dari suatu pengetahuan.Sedangkan subyek marter adalah material daripada ilmu
pengetahuan dan filsafat.Yang dipelajario dalam obyek ini adalah segala yang
ada dan yang mungkin ada. Jadi,Obyek Materia adalah materi yang menjadi sasaran
atau yang dipelajari ilmu dan filsafat.
1.2 Obyek Forma
Adalah aspek atau sudut pandang
tertentu dari subyek mater.Oleh karena itu obyek Forma adalah aspek yang dapat
dipahami dari mater oleh para science dengan sudut pandang yang istimewa.
v Filsafat ingin memandang manusia
dari sudut pandang sedalam-dalamnya dari yang empiris dan rasional yang
nampakdan tidak nampak.
1.3 Perbandingan filsafat dan Science berdasarkan obyek
materia dan obyek Forma:
Filsafat
dan dan science berbeda dalam obyek forma maupun obyek materia. Dalam hal obyek
materia filsafat mencakup semua obyek materia dari science yang
bermagam-macam.Sedangkan science hanya mengambil bagian-bagian materia.
2. Filsafat dan Science ditinjau dari
proses spesialisasi
a.
Seorang
filosof akan memperhatikan scope yang luas,dalam hubungannya benda-benda itu
sendiri,sebaliknya science ingin melukiskan benda-nenda tersebut apa adanya.
b. filsafat menjadi suatu sistem teori
dario science.Sebaliknya science tidak mau tau tentang apa yang mereka peroleh
tidak mau tahu tentang dasar.
c.
filsafat
ingin menjawab pertyanyaan tentang apakah ia sebenarnya? Sebaliknya science
ingin mencari ketarangan dengan jawaban dari filsafat.
C.
FILSAFAT SEBAGAI METODE BERFIKIR
1. Berpikir bagi Manusia
Manusia sebagi makhluk hidup yang berderajat tinggi bila
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Dimana manusia dapat mengatasi alam,
artinya dapat merubah ketentuan alam dengan mengadakan penolahan alam sesuai
dengan kebutuhan hidupnya atau dalam istilah lain, manusia dapat membudayakan
alam. Ini semua dikarenakan manusia memiliki kemampuan berpikir. Kemampuan
berpikir inilah yang merupakan salah satu ciri kekhususan manusia dan yang
membedakan manusia dengan makhluk lain. Gejala berpikir ini mempunyai peranan
bagi manusia sehingga manusia berkedudukan sebagai makhluk hidup yang
berderajat tinggi, tetapi tidak berarti bahwa berpikir merupakan satu-satunya
yang paling menguasai seluruh kehidupan manusia, namun berpikir besar
peranannya dan fungsinya sebagai manusia.
Adapun perbedaan berpikir dan pikiran :
Berpikir : aktivitas jiwa (pikiran) untuk menentukan hubungan antara
pengetahuan- pengetahuan-pengetahuan
atau masalah yang sedang dihadapi.
Pikiran : kemampuan jiwa untuk menentukan hubungan antara
pengetahuan-pengetahuan atau sangkut paut masalah yang dihadapi.
2. Hasil Proses Berpikir
Menurut
beberapa ahli psikologi, hasil proses berpikir sebagai berikut :
a.
Pengertian atau
Konsep
Pengertian atau konsep adalah gambaran
dan gerakan dari barang yang dapat dilihat oleh akal manusia. Tetapi, ada pula
yang memberi batasan tentang pengertian sebagai berikut :
Pengertian adalah hasil berpikir, yang
merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari sesuatu yang dinyatakan dengan
perkataan-perkataan dalam akal. Dalam bentuk pengertian ini, kerja akal atau
berpikirnya adalah menentukan hubungan sangkut paut antara
pengetahuan-pengetahuan tentang sifat-sifat pokok sesuatu.
b.
Pendapat atau
Keputusan
Mempunyai maksud bahwa pengertian
tentang sesuatu bila dihubungkan dengan pengertian sesuatu yang lain akan
membentuk suatu pendapat atau keputusan.
c.
Kesimpulan atau
Pemikiran
Pemikiran adalah hasil berpikir yang
menghubungkan pendapat satu dengan pendapat yang lain untuk mendapatkan
pendapat baru.
3. Bentuk-Bentuk Berpikir
a.
Berpikir secara
Pengalaman (Rautine Thinking)
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi
dengan mengakumulasikan berbagai pengalaman untuk mendapatkan pengalaman yang
cocok sesuai dengan masalah yang dihadapi.
b.
Berpikir secara
Ingatan (Representative Thinking)
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi
dengan mengingat-ingat tanggapan-tanggapan
yang tersimpan dalam jiwanya.
c.
Berpikir
Reproduktif
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi
dengan mengulang kembali dan mencocokan pada sesuatu hasil pemikiran sebelumnya
(baik hasil pemikiran diri sendiri maupun orang lain).
d.
Berpikir
Kreatif
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi
dengan mengadakan penyelidikan untuk mengetahui aspek-aspek atau faktor-faktor
yang terkandung didalamnya dan mengumpulkan bahan-bahan pengetahuan yang lain
yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut, kemudian mengolahnya sehingga
tercipta hasil penemuan baru.
e.
Berpikir
Rationil atau Logis
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi
dengan menghubungkan pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk
mendapatkan pemgertian baru.
Dari kelima bentuk berpikir ini, yang
tampak besar peranannya dalam memberikan
ciri khusus bagi manusia adalah berpikir kreatif dan berpikir rationil.
4. Aspek-Aspek Peranan Berpikir dalam Kehidupan Manusia
a.
Aspek Ekonomis
Dengan kemampuan akal pikirannya , manusia
merubah bahan-bahan makanan yang berasal dari alam (beras, gandum, jagung, dsb)
menjadi bentuk-bentuk makanan yang sesuai seleranya. Demikian juga terhadap
kebutuhan-kebutuhan lainnya, dengan kemampuan akal pikiran, manusia mengubah
barang-barang menjadi sesuatu yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan
hidupnya.
b.
Aspek Kulturil
(Kebudayaan)
Dari hasil berpikir manusia, diciptakanlah
segala sesuatu yang dapat memudahkan kehidupannya, baik yang bersifat jasmaniah
maupun rokhaniah. Kalau ditinjau dari kebudayaan materiil atau jasmaniah,
misalnya : rumah, kendaraan, ataupun persenjataan. Sedangkan ditinjau dari
kebudayaan rokhaniah, misalnya : ilmu pengetahuan, bahasa, maupun kepercayaan
dari adat istiadat. Hal itu semua, bukan semata-mata karena akal saja tetapi
juga aspek-aspek kejiwaan yang lain seperti karsa dan rasa berperan pula, namun
demikian peranan berpikir tak dapat diabaikan dalam terwujudnya suatu
kebudayaan.
c.
Aspek Peradaban
Manusia dalam hidupnya selain memiliki
kebutuhan ekonomi, juga membutuhkan ketenangan dan kebahagiaan dalam pergaulan
hidupnya. Sehingga, diperlukan suatu tata masyarakat yang berfungsi untuk
mengatur tingkah laku manusia yaitu tata peradaban. Adapun seperti kesopanan,
kesusilaan, undang-undang, dan agama.
5. Faedah dan Bahaya Berpikir
Fungsi akal
antara lain terletak dalam bidang :
a.
Pengumpulan
atau Penciptaan Ilmu Pengetahuan.
b.
Pemecahan
Persoalan-Persoalan.
c.
Penemuan
Cara-Cara yang Efisien.
Ditinjau
dari segi faedahnya antara lain :
a.
Berpikir
terciptalah ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
b.
Berpikir
memberikan petunjuk untuk mencari jalan yang benar dan baik.
c.
Berpikir dapat
memberikan penyelesaian dalam usaha memecahkan persoalan hidup.
Adapun
bahayanya antara lain :
a.
Karena berpikir
ditemukan jalan kearah perbuatan yang sesat
b.
Dengan berpikir
dibuatlah alasan-alasan untuk membenarkan perbuatan yang sesat
c.
Dengan berpikir
dapat menimbulkan rasa bahwa akal itu dapat mengetahui segala-galanya.
Menyadari
ada segi negatif dari berpikir dan berfilsafat maka usaha untuk menghindari hal
itu adalah dengan menggunakan disiplin berpikir dalam dirinya. Dengan itu,
seorang individu dapat menyaring atau menentukan mana yang benar dan mana yang
salah.
D. FILSAFAT
PENDIDIKAN
1. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif
Maksudnya:
a. Sebagai ilmu
pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma
tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan.
b.
Sebagai ilmu
pengetahuan praktis,tugas pendidikan, dan pendidik.
c. Sesuai
kenyataan di atas ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan
normatif lainnya.
d. Ilmu
pengetahuan yang dapat dimaksukkan ke dalam ilmu pengetahuan normatif meliputi
agama, dan ilmu filsafat dengansegala cabangnya.
e. Bahwa agama,
filsafat dengan segala cabangnya menentukan dasr-dassar dan tujuan hidup
pendidikan manusia yang menentukan tingkah laku perbuatan manusia.
f. Bahwa perumusan
tujuan-tujuan altimit dan proksimit pendidikan ditentukan hakekat dan segi-segi
pendidikan yang dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan.
g. Bahwa sistem
pendidikan bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan, dan pola-pola
pendidikan dan dibina untuk mencapi tujuan pendidikan.
h. Isi moral
pendidikan berisi perumusan norma-norma(nilai spiritual etis)
i. Bahwa wajar
tiap manusia memiliki filsafat hidup dan pikiran tentang kehidupan dan
penghidupannya.
j. Filsafat
pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normatif
dasar-dasaar dan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan;hakekat sifat
manusian;hakekat dan segi-segi pendidikan;isi moral pendidikan;sistem
pendidikan ;pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan
masyarakat.
2. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
- Progesivisme
Ciri
Utama :
Mempunyai konsep yang didasari oleh
pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia dapat mengatasi masalah yang bersifat
menekan manusia.
Memiliki kelompok ilmu sebagai
bagian-bagian utama dari kebudayaan.Ilmu tersebut yaitu Ilmu
Hayat,Antropologi,Psikologi dan Ilmu Alam.
Kurang menyetujui pendidikan yang
bercorak otoriter.
Lingkungan dan pengalaman mendapat
perhatian selain kemajuan atau progres.
Pandangan
Mengenai Nilai
Nilai timbul karena manusia
mempunyai bahasa.
Nilai mempunyai kualitas sosial.
Nilai mempunyai sifat individual.
Pandangan
Tentang Belajar
Belajar menghapus dinding pemisah
antara sekolah dan masyarakat.
Belajar bertumpu pada anak didik
yang dapat menghayati belajar yang edukatif dan bukan yang misedukatif.
Belajar yang edukatif adalah belajar
untuk mencapai hasil-hasil yang secara konstruktif.
Belajar yang misedukatif adlah
belajar yang ditentukan oleh nilai-nilai yang kurang mendorong kearah
perkembangan dinamis.
Pandangan
Mengenai Kurikulum
Kurikulum sebagai pengalaman yang
edukatif
Pengalaman apa saja yang serasi
tujuan menurut prinsip-prinsip yang digariskan dalam pendidikan yang membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
Kurikulum bersifat eksperimental
Sejumlah pengalaman belajar
disekitar kebutuhan umum.
Adanya rencana dan susunan yang
teratur
Kurikulum disusun atas dasar teori
dan metode proyek untuk menciptakan pendidikan kearah yang telah ditentukan.
b. Esensialisme
Ciri Utama:
Esensialisme mempunyai tinjauan
mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan progresivisme. Progresivisme mempunyai sifat fleksibel. Sifat demikian menjadikan pedidikan kehilangan
arah.
Berhubung pendidikan haruslah bersendikan nilai
kestabilan yang dapat memenuhi adalah pandangan esensialistik awal.Idealisme
dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk esensialisme yang masing
masing bersifat elektik(pendukung esensialisme tetapi tidak lebur jadi satu.
Pandangan
Mengenai Nilai
Sifat nilai tergantung dari
pandangan realisme & idealisme. Menurut Realisme,kuantitas nilai tidak dapat
ditentukan secara konsepsuil, melainkan tergantung bagaimana
keadaanya dan selanjutnya akan tergantung dari sikap subjek.
Pandangan
Mengenai Belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup
mulai tinjauanya mengenal pribadi individual,seperti yang dikemulalan pandangan
imanuel kant bahwa segala pengetahuan yang dicapai manusia lewat indra
memerlukan unsur apriori yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Pandangan Realisme mengenal belajar
tercermin pada pandangan dari Edward L,Thorndike pendukung aliran
koneksionisme. Dalam teori sarbon belajar itu adalah penyesuaian dengan
yang ada
Roose L Finney menerangkan tentang
hakikat sosial dari hidup mental.Pandangan realisme mencerminkan 2 jenis
determinisme yaitu mutlak dan terbatas.Determinisme mutlak menunjukkan bahwa
belajar adalah mengenal hal hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya(harus
ada).
Pandangan
Mengenai Kurikulum
Herman Harrel Horne,dalan bukunya
This New Education mengatakan hendaklah kurikulum bersendikan atas fundamental
tunggal yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal.
Bogoslousky,dalam bukunya The ideal school mengutarakan supaya
kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan nata pelajaran,diumpamakan
sebagai sebuah rumah yang menpunyai 4 bagian yaitu:
a.Universum:Pengetahuan merupakan latar belakang dari segala
manifestasi hidup manusia
b.Sivilisasi:Karya manusia sebagai
akibat hidup masyarakat
c.Kebudayaan:Karya manusia mencakup
filsafat,kesenian,agama,dll.
d.Kepribadian:Bagian pembentukan kepribadian yang tidak
bertentangan dengan kepribadian yang ideal.
Robert Ulich berpendapat meskipun
kurikulum disusun secara fleksibel,perlu diadakan perencanaan dengan kesamaan
dan kepastian.Horne mengemukakan kurikulum sebagai kegiatan dalam pendidikan
adalah proses penyesuaian yang bersifat kosmis.Butler mengenukakan,Sejumlah
anak haruslah dididik untuk mengetahui dan menaggumi kitab suci.Demihkevich
menghendaki kurikulum berisikan moralitas tinggi.
c. Perenialisme
Ciri-ciri utama
Perealisme
memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan
yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Selain itu
perenialisme sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan
moral, intelektual dan lingkungan sosial cultural yang lain.
Perenialisme
mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain
kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan
perbuatan zaman kuno dan Abad pertengahan. yang di maksud dengan ini adalah
kepercayaan-kepercayaan aksiomatis mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari
zaman-zaman tersebut.
Selain itu
parenialisme juga di artikan sebagai filsafat yang susunan dirinya merupakan
suatu kesatuan. Oleh karena itu tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang
evolusionistis dan naturalis.
Pandangan Mengenai Nilai
Hakekat manusia
adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh
Tuhan, dan atas dasar inilah tinjauan mengenai baik dan buruk dilakukan.
Hakekat manusia pada akhirnya akan menentukan hakekat perbuatan-perbuatannya
dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Secara teologis manusia perlu
mencapai kebaikan tertinggi, sedangkan kebaikan tertinggi adalah nilai yang
merupakan suatu kesatuan dengan Tuhan , maka usaha manusia, itu mengandung
hal-hal yang praktis.
Aristoteles
mempunyai pandangan mengenai kebajikan, yang di bedakan menjadi dua : (a)
intelektual dan (b) moral. Kebajikan moral adalah kebijakan yang merupakan
pembentukan kebiasaan, yang merupakan dasar dari kebijakan intelektual.
Pandangan Mengenai Belajar
Tuntutan
tertinggi dalam belajar, menurut perenialisme adalah latihan dan disiplin
mental. Maka, teori dan praktek pendidikan haruslah mengarah pada tuntutan
tersebut. Pada hakekatnya manusia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan
makluk yang lain, ialah karena memiliki sifat rasionalitas. Sifat rasional
daripada manusia ini menimbulkan konsep dasar mengenai kebebasan. Bahwa dengan
rasionya manusia dapat memiliki dan mencapai kebebasan dari berbagai belenggu
yang dapat menurunkan derajat atau martabatnya seperti kebodohan,
keragu-raguan, dan ignorasi.
Atas dasar pandangan di atas dapatlah disimpulkan bahwa
belajar itu pada hakeketnya adalah belajar untuk berpikir. Sebagai pendahuluan
pendidikan kea rah tujuan tersebut kecakapan-kecakapan dasar seperti membaca,
menulis dan berhitung penting sekali karena merupakan permulaan untuk menuju ke
tahap selanjutnya.
Semantik
mempunyai peranan yang sangat penting. Pengetahuan ini, yang mengajarkan, arti
daripada arti, dapat menjadi bekal cara berpikir yang lurus dan kaya.
Aristoteles
menggambarkan letak disiplin mental bila di hubungkan dengan gambaran paramida
ada pada salah satu bagian dari puncak
piramida tersebut. Dalam rangka usaha dalam mencapai esensi dalam
belajar, menggerakan kognisi (mengetahui), afeksi (merasa), dan konasi
(berbuat),merupakan kegiatan yang perlu mendapat perhatian yang cukup.
Tujuannya tidak lain adalah agar anak didik mengalami perkembangan kepribadian
yang utuh (integral).
Belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu belajar karena
pengajaran dan belajar karena penemuan. Untuk yang partama adalah guru
memberikan penerangan atau pengetahuan,juga mengadakan pencerahan. Pencerahan
ini dapat di lakukan dengan jalan menunjukan dan menafsirkan implikasi dari
pengetahuan dan ilmu yang di berikan.
Pandangan Tentang Kurikulum
Tugas utama
pendidikan adalah dengan memperhatikan anak didik kearah kemasakan. Masak dalam
arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah
kemasakan tersebut. Sekolah randah memberikan pendidikan dan pengetahuan yang
serba dasar. Tugas sekolah rendah yang lain adalah pendidikan watak dengan
tekanan utama pada kebijakan-kebijakan moral. Untuk itu, yang diperlukan adalah
penenman dan latihan yang memadai agar tertanamnya kebijakan itu menjadi kuat.
Oleh karena itu pendidikan rendah baru memberikan pendidikan dasar, maka belum
dapat di jadikan dasar pebbaharuan sosial dalam arti yang sesungguhnya
Daftar Pustaka
Wiwit. 2013. Filsafat dan Filsafat Pendidikan. from http://wiwitna.blogspot.com/2013/03/filsafat-dan-filsafat-pendidikan.html, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar